- oleh Pengasih1_KP2024
- 08 Agustus 2025 08:14:39
- 82 views
SIMPONIKU DAMAI merupakan Sistem Monitoring Pengelolaan Obat Kronis Program Rujuk Balik (PRB) Peserta Prolanis Klub Diabetes Melitus dan Hipertensi yang dikembangkan oleh apoteker UPT Puskesmas Pengasih 1 Yekti Adi Prasetyaningsih, S.Farm.,Apt yang bertujuan untuk mendorong pasien PRB agar patuh mengambil obat rutin setiap bulan. Yang menjadi latar belakang dari inovasi ini yaitu pentingnya pengelolaan obat dalam pengendalian penyakit kronis karena berkaitan langsung dengan kualitas hidup pasien, efektivitas terapi, serta efisiensi sistem pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan dalam pengambilan obat pada penderita penyakit kronis menyebabkan pengobatan menjadi terganggu ataupun terhenti sebelum waktunya, sehingga angka kesakitan dan kematian akan terus meningkat. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dirancang khusus untuk diimplementasikan pada tingkat perawatan primer. Penyakit yang menjadi fokus utama Prolanis adalah diabetes melitus dan hipertensi. Pelayanan Program Rujuk Balik (PRB) diberikan kepada pasien penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka panjang yang dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/ Sub Spesialis yang merawat.
Hasil evaluasi pada bulan Januari dan Februari 2024 yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa kepatuhan pasien Prolanis terhadap program rujuk balik masih kurang optimal dilihat dari keaktifan kontrol dan pengambilan obat PRB. Persentase kepatuhan pengambilan obat PRB pasien diabetes melitus peserta Prolanis sebanyak 56,52% pada bulan Januari 2024 dan 60% pada bulan Februari 2024. Sementara pada pasien hipertensi peserta Prolanis sebanyak 44,83% pada bulan januari 2024 dan 50% pada bulan Februari 2024.
Berdasarkan informasi yang telah digali oleh penulis kepada pasien, terdapat beberapa alasan penyebab rendahnya persentase kepatuhan pengambilan obat, yaitu kurangnya kesadaran pasien akan pentingnya minum obat, hambatan mobilitas pada pasien usia lanjut, kurang efektifnya komunikasi antara petugas dengan pasien, dan pasien masih kontrol rutin di rumah sakit. Dari kajian di atas, penulis terdorong untuk mengembangkan sebuah gagasan yang menjadi minat penulis, yaitu menciptakan inovasi Simponiku Damai yang merupakan Sistem Monitoring Pengelolaan Obat Kronis Program Rujuk Balik (PRB) Peserta Prolanis Klub Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Tujuan dari kegiatan inovasi ini adalah (1) memastikan bahwa pasien PRB diabetes melitus dan hipertensi yang tergabung sebagai peserta prolanis mendapatkan pengobatan yang tepat dan berkelanjutan; (2) mendorong pasien untuk mematuhi rangkaian pengobatan mereka melalui edukasi; (3) memberikan kemudahan bagi petugas dalam melakukan monitoring pengelolaan obat PRB.
Tahapan inovasi yang telah dilaksanakan mulai bulan Maret 2024 hingga saat ini yaitu pembuatan dokumentasi riwayat pengobatan pasien melalui spreadsheet bit.ly yang berisi informasi data pasien, riwayat pengobatan dan tanggal pengambilan obat. Melalui sistem ini, proses monitoring dapat dilakukan secara terintegrasi antara petugas puskesmas dan apotek PRB sebagai penyedia obat. Manfaat sistem ini diantaranya untuk mencegah kehilangan data, memudahkan petugas puskesmas dan apotek PRB untuk mengakses data pasien dan riwayat pengobatannya, memberikan kemudahan bagi apotek untuk memprediksi kebutuhan obat, dan membantu memonitoring kepatuhan pengambilan obat.
Tahapan edukasi pada inovasi ini bertujuan untuk memastikan pasien memahami cara menggunakan obat dengan benar dan aman sehingga berkontribusi pada hasil kesehatan yang lebih baik. Edukasi terkait obat merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan terapi pengobatan, terutama bagi pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu, edukasi obat kepada pasien menjadi aspek yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Edukasi kepada pasien dilakukan melalui dua metode, yaitu secara personal dan kelompok. Edukasi secara personal diberikan pada saat penyerahan obat kepada pasien, yang mencakup informasi mengenai nama obat beserta khasiatnya, aturan minum, efek samping, interaksi obat, cara penyimpanan, serta pentingnya kepatuhan minum obat. Edukasi secara kelompok dilakukan melalui kegiatan penyuluhan kepada peserta prolanis. Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama lintas program yang bertujuan memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar meningkatkan kepatuhan serta pemahaman terhadap rangkaian pengobatannya. Materi penyuluhan yang pernah disampaikan antara lain tentang pentingnya kepatuhan minum obat, pengelolaan obat hipertensi, pengelolaan obat diabetes melitus, serta panduan konsumsi obat diabetes saat menjalankan ibadah puasa. Bentuk edukasi kelompok yang lainnya, yaitu melalui kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) online yang disampaikan melalui WhatsApp grup peserta prolanis.
Manfaat lain dari penggunaan teknologi berupa WhatsApp grup ini sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada peserta Prolanis mengenai jadwal kegiatan klub Prolanis setiap bulan, seperti senam, penyuluhan kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan berkala. WhatsApp grup ini juga digunakan sebagai media koordinasi dengan pasien terkait proses pengambilan obat Program Rujuk Balik (PRB), menyampaikan informasi ketersediaan obat PRB di puskesmas, dan mengingatkan pasien untuk melakukan pengambilan obat.
Dari tahapan inovasi di atas menunjukkan terjadinya peningkatan persentase kepatuhan pengambilan obat PRB peserta Prolanis diabetes melitus dan hipertensi dari bulan Maret 2024 sampai dengan September 2024, tetapi masih fluktuatif. Hal tersebut merupakan suatu tantangan yang harus diatasi dengan strategi inovasi yang lebih baik, yaitu melalui pendekatan kolaboratif dengan menggabungkan dua fitur komunikasi digital berupa WhatsApp grup dan WhatsApp reminder sebagai pengembangan inovasi yang mulai di aplikasikan pada bulan Oktober 2024. Selain sebagai media pengingat, penggunaan WhatsApp ini juga memiliki manfaat tambahan sebagai sarana pendekatan personal kepada pasien, sehingga memungkinkan tenaga kesehatan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pasien. Melalui komunikasi dua arah, petugas dapat menjawab pertanyaan, menangani keluhan atau memberikan arahan, serta menggali lebih dalam alasan pasien belum melakukan pengambilan obat, sehingga petugas dapat melakukan langkah tindak lanjut. Hasil penerapan pengembangan inovasi dengan WhatsApp reminder ini memberikan dampak yang positif, yaitu terjadi peningkatan persentase kepatuhan pengambilan obat PRB yang lebih stabil
Dampak penerapan inovasi Simponiku Damai secara keseluruhan digambarkan sebagai berikut, baik sebelum maupun sesudah pengembangan inovasi
- Terjadi peningkatan persentase kepatuhan pengambilan obat PRB Diabetes Melitus dan Hipertensi pada peserta prolanis yang cukup stabil diatas 90%.
- Peningkatan rata-rata persentase pasien dengan kadar gula darah terkontrol dari 39,20% (Maret - September 2024) menjadi 43,22% (Oktober 2024 - April 2025).
- Peningkatan rata-rata persentase pasien dengan tekanan darah terkontrol dari 42,18% (Maret - September 2024) menjadi 52,15% (Oktober 2024 - April 2025).
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa selama program inovasi Simponiku Damai ini diterapkan telah terjadi peningkatkan kepatuhan pengambilan obat pada pasien PRB yang tergabung dalam klub prolanis diabetes melitus dan hipertensi. Tahapan edukasi kepada pasien baik melalui pendekatan personal maupun kelompok dapat meningkatkan pemahaman pasien terhadap rangkaian pengobatannya dilihat dari hasil kuesioner yaitu 85,3 % responden menyatakan paham dan 14,7 % responden menyatakan cukup paham dalam penggunaan obatnya. Selain itu, penggunaan aplikasi pada inovasi ini dapat memudahkan petugas dalam melakukan monitoring pengelolaan obat kronis pada pasien PRB diabetes melitus dan hipertensi.


